Kedermawanan Ma’an Bin Zaidah kepada Petani Mentimun*)
Serial Resensi Hikayat
Judul :
Hikayat Ma’an bin Zaidah (Malam ke-314)
Sinopsis Buku :
Suatu
hari, Ma’an Bin Zaidah sedang berburu bersama para pembantunya. Karena cuaca sangat
panas, ia sangat kehausan sedangkan persediaan air sudah habis. Tiba-tiba ada
tiga dara cantik membawa tiga kendi air penuh. Saat Ma’an bin Zaidah memintanya,
gadis-gadis itupun memberinya. Lalu sebagai imbalan, Ma’an bin Zaidah
memberikan 10 anak panah yang bagus. Salah satu dari gadis itu berkata “Oh,
yang memiliki mata anak panah semacam ini hanyalah Ma’an bin Zaidah”. Kemudian ketiga
dara gadis itupun secara bergantian mendendangkan sebuah puisi yang berisi
tentang kemuliaan dan kedermawanan Ma’an bin Zaidah.
Singkat
cerita, suatu ketika, Ma’an bin Zaidah memisahkan diri dari kelompoknya untuk
berburu. Tiba-tiba, datanglah seseorang yang sedang menunggang keledai. Ma’an bin
Zaidah pun menemui orang tersebut seraya mengucapkan salam kepadanya, dan orang
terebut segera membalas salamnya. Ternyata ia seorang petani yang berasal dari
negeri Qudha’ah. Di negerinya biasa tertimpa musim kering beberapa tahun. Tapi ketika
ada perubahan, ia menanam mentimun karena tanah disana sedang subur. Namun bukanlah
waktu yang tepat, akhirnya ia tidak bisa memetik hasil panen seperti yang
diharapkan. Ia mengalami kerugian yang sangat besar. Maka dari itu, ia ingin
berkunjung ke istana Ma’an bin Zaidah, orang yang dikenal sangat dermawan dan
suka berbuat kebajikan.
Petani
tersebut mengharapkan 1000 dinar dari Ma’an bin Zaidah, jika itu terlalu
banyak, cukup 500 dinar saja, jika masih terlalu banyak, cukup 100 dinar saja,
dan jika itu masih terlalu banyak, maka ia akan kembali dengan tangan kosong.
Mendengar itu, Ma’an bin Zaidah pun terseyum, kemudian ia menaiki kudanya bersama
pasukannya untuk pulang. Sesampainya dirumah, Ma’an bin Zaidah berpesan kepada
penjaga jika ada seseorang datang menaiki keledai dan membawa mentimun, suruh
masuk dan menemuinya. Penjaga tersebut pun mengiyakan perintah tuannya.
Tak lama kemudian datanglah orang tersebut, ia masuk dan menemui Ma’an bin Zaidah. Setelah mengucap salam, petani tersebut mengatakan bahwa ia berharap kemurahan dan kedermawanan Ma’an Bin Zaidah. Ia membawakan sedikit mentimun hasil panennya. Lalu Ma’an Bin Zaidah bertanya berapa yang ia harapkan, petani itu menjawab 1000 dinar, Ma’an bin Zaidah mengatakan itu terlalu banyak. Lalu petani itu menjawab 500 dinar, dan jumlah itu masih terlalu banyak kata Ma’an Bin Zaidah. Lalu petani itu menjawab 100 dinar, 50 dinar, dan juga 30 dinar, namun Ma’an bin Zaidah tetap mengatakan bahwa itu terlalu banyak. Akhirnya petani itu pun berkata, jika orang yang menemuinya di hutan berkata bahwa Ma’an Bin Zaidah adalah orang paling dermawan, mengapa 50 dinar saja masih menawar?. Mendengar itu, Ma’an bin Zaidah tertawa. Dan kini petani itu tahu bahwa orang yang ada di hadapannya itu adalah orang yang ia temui di hutan. Lalu petani itu mengatakan, jika Ma’an Bin Zaidah tidak bersedia memberi 30 dinar, inilah keledainya yang terikat di pintu dan inilah Ma’an Bin Zaidah yang duduk di kursinya. Ma’an Bin Zaidah pun semakin tertawa, lalu ia memerintahkan wakilnya untuk memberikan 1000 dinar, 500 dinar, 300 dinar, 200 dinar, 100 dinar, 50 dinar, 30 dinar dan membiarkan keledai itu tetap di tempatnya. Mendengar itu, petani tersebut segera bersyukur kepada Allah atas rahmat dan karunianya. Ia tak menyangka mendapat pemberian sebesar 2.180 dinar emas.
Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik :
Tema : Kedermawanan Ma’an Bin Zaidah kepada petani mentimun.Alur : Menggunakan alur maju, karena penulis menceritakana cerita berurutan dari awal hingga akhir.
Penokohan :
- Ma’an bin Zaidah: Raja yang sangat dermawan dan suka berbuat kebajikan.
- Petani : Petani mentimun dari negeri Qudha’ah, yang mengalami kerugian sangat besar.
Latar :
1.Tempat : Istana, Hutan
2.Waktu : Suatu hari saat cuaca sangat panas
3.Suasana : Kagum, kaget, senang
Amanat : Perbuatan baik yang kita lakukan, akan dibalas dengan perbuatan baik juga.
Nilai/Pesan :
- Moral : Setiap perbuatan baik yang kita lakukan akan selalu diingat oleh orang lain
- Agama : Kita harus selalu bersyukur kepada Allah atas rahmat dan karunia yang telah diberikan.
- Sosial Budaya : Kita harus menghargai orang lain dan kita harus berbuat baik kepada sesame.
Kesimpulan :
Kisah ini sangat bagus, alur ceritanya tidak membuat pembaca menjadi bingung. Selain itu, banyak pesan moral yang dapat diambil dari kisah ini.
*). Kyla Ihfada Maureen Akilah (Kelas 7-G)
Komentar
Posting Komentar