Perjalanan Menemukan Guci Nabi Sulaiman *)
Serial Resensi Hikayat
Sinopsis
Buku :
Dahulu,
di kota Damaskus, hiduplah seorang khalifah besar zaman Dinasti Umayyah bernama
Abdul Malik bin Marwan. Suatu hari, khalifah sedang bercakap-cakap dengan
seorang bawahannya. Mereka membahas Nabi Sulaiman A.s yang dianugerahi oleh
Allah SWT beberapa hikmah & kekuasaan atas jin, burung, binatang buas, dan
makhluk lain. Nabi Sulaiman sanggup memenjarakan jin dan setan ke dalam guci
tembaga yang di tutup dengan timah. Mendengar hal itu khalifah Abdul Malik pun
ingin melihat salah 1 guci milik nabi Sulaiman. Singkat cerita rombongan Thalib
bin Sahal melintasi negeri Syam. Mereka tiba di istana gubernur Musa bin Husain,
surat dari khalifah langsung di serahkan ke gubernur Musa, dan ia langsung
mengumpulkan para bawahannya untuk melakukan musyawarah. Seorang pejabat
memberi usulan agar jika ingin mengetahui tempat yang di maksud maka harus
menanyakan kepada Syekh Abdush Shamad karena ia sorang cendekiawan yang
berpengetahuan luas.
Setelah
mendengar usulan itu, gubernur Musa memerintahkan seorang prajuritnya untuk
meminta syekh Abdush shamad agar segera datang ke istana, tak lama kemudian ia
datang. Kemudian gubernur Musa menyampaikan apa yang di maksudkan oleh khalifah
Abdul Malik. Lalu syekh Abdush menjelaskan jalan dan lantaran medan yang harus
di lalui untuk menuju tempat itu.
Singkat
cerita berangkatlah gubernur bersama rombongan, mereka tiba di sebuah istana.
Di depan istana mereka melihat sebuah pintu yang terbuka, pintu itu di topang
oleh 2 buah pilar kokoh di kanan kirinya, di bagian atas pintu itu tampak
beberapa tulisan dalam bahasa yunani. Akhirnya para rombongan pun masuk ke
istana, di dalam istana mereka menemukan 3 tulisan bahasa yunani.
Setelah
itu rombongan pun kembali bergerak dengan syekh Abdush Shamad. setelah menempuh
perjalanan selama 4 hari rombongan gubernur Musa tiba di sebuah bukit, uniknya
di atas bukit itu terdapat patung seorang kesatria berkuda yang terbuat dari
tembaga. Selama beberapa hari rombongan tersebut menyusuri jalan setapak hingga
akhirnya mereka menemukan sebuah menara yang di bagian bawahnya tampak sesosok
makhluk, makhluk itu memiliki sayap dan
4 tangan, 2 tangannya serupa dengan
tangan manusia, sedangkan 2 lainnya seperti kaki kuda dengan 2 buah kuku besar
di ujungnya. Makhluk itu memiliki 3 mata bewarna merah menyala dan mengeluarkan
lidah api.
Gubernur
musa mendekati makhluk tersebut untuk bertanya sebenarnya siapa ia. Setelah
bertanya-tanya makhluk itu pun menjawab dan menceritakan kisahnya.
Lalu
gubernur Musa bertanya kemana arah menuju tempat tembaga. makhluk itu pun
menunjukkan arah tersebut.
Singkat
cerita rombongan tersebut berhasil tiba di kota tembaga, namun ada 25 pintu,
tetapi hanya 1 pintu yang dapat dimasuki. Akhirnya mereka memakai cara untuk
masuk ke dalam kota tersebut. ia mengusulkan untuk membuat tangga untuk
memanjat tembok yang membentengi kota tersebut agar kita bisa membuka pintu
dari dalam. tak berapa lama kemudian seluruh anggota rombongan menyusun kayu
dan besi untuk membuat tangga, singkat cerita ada 12 orang prajurit yang mati
sia" karna menjatuhkan diri dari atas tangga tersebut. akhirnya syekh
mengajukan diri nya untuk naik tangga tersebut, setelah ia mencapai puncak
tangga itu ia melihat 10 orang gadis cantik ia juga melihat danau yang
terhampar di bawah.
Kemudian
ia menyusuri tembok untuk mencari cara menuruni tembok tebal tersebu. Akhirnya
ia menemukan sebuah pintu kecil. Setelah itu ia berjalan dengan menemukan
ruangan yang di penuhi dengan mayat yang mengenakan seragam militer. Pikir
gubernur musa salah 1 mayat tersebut memiliki kunci untuk membuka gerbang
istana, ternyata setelah di cari-cari di dalam saku salah 1 mayat ia menemukan
sebuat kunci. Ia juga memerintahkan bahwa yang masuk hanya sebagian saja.
Akhirnya
mereka pun masuk ke dalan kota Tembaga tersebut, hal pertama yang di lakukan
oleh mereka adalah menguburkan mayat-mayat yang bergelimpangan di mana-mana.
lalu mereka melanjutkan perjalan menuju pasar kota, toko-toko di sana tampak
masih utuh dan terbuka bahkan semua dagangan juga masih utuh, hanya saja semua
manusia yang ada di sana tewas dengan keadaan yang sangat mengenaskan tubuh
mereka kaku dan kulit mengering. Kemudian ia masuk ke dalam istana, di dalam
gubernur musa menemukan sebuah ruangan yang amat luas. Di ke 4 sudut ruangan
ada 4 buah ruangan yang kecil-kecil. mereka pun ke sana, di ruangan pertama
mereka menemukan berbagai macam emas dan perak, pada ruangan ke 2 mereka
menemukan berbagai macam senjata, di ruangan ke 3 mereka menemukan beberapa
peti yang tertutup, di dalam ruangan ke 4 mereka menemukan berbagai peralatan
makan yang terbuat dari emas dan perak.
Setelah
itu rombongan kembali bergerak hingga mereka tiba di sebuah pintu yang amat
indah, setelah pintu itu di buka tampaklah sebuah selasar panjang, mereka
menyusuri selasar tersebut, di sela-sela selasar tergantung kain panjang yang
di atasnya terdapat gambar aneka jenis binatang. Ketika tiba di ujung selasar
rombongan tersebut terkejut bukan kepalang ketika melihat di atas ranjang
tersebut tergolek tubuh seorang gadis
yang amat cantik, gadis itu mengenakan pakaian yang amat mewah bertaburkan
mutiara , dan di samping gadis itu ada 2 patung prajurit yang seolah -olah
sedang menjaga gadis tersebut, 1 patung membawa sebuah gada, sedangkan satunya
menggenggam pedang yang amat tajam.
Setelah
itu gubernur memerintahkan anak buahnya untuk mengangkut sebagian barang
berharga yang terdapat di tempat itu dan memperingatkan agar mereka tidak
menyentuh pakaian yang di kenakan oleh ratu. tetapi Thalib bin sahal kurang
berpendapat dengan gubernur, thalib ingin mengambil pakaian yang di kenakan
oleh ratu , tetapi gubernur tidak mengurusi nya, sementara itu tanpa
mempedulikan tanggapan gubernur, thalib bin sahal mendekati si gadis untuk
memenuhi keinginannya, ketika ia telah berdiri tepat di antara 2 buah patung
pengawal, tanpa di sadari, patung yang membawa gada langsung mengayunkan gada
yang di pegangnya ke arah punggung thalib bin sahal, sementara patung yang
menggenggam pedang juga langsung mengayunkan pedangnya tepat ke leher thalib
hingga putus seketika, semua yang melihat kepala thalib menggelinding terkejut
bukan kepalang.
Setelah
menguburkan jenazah thalib bin sahal, mereka kembali bergerak untuk
meninggalakan kota tembaga untuk melanjutkan perjalanan, mereka akhirnya tiba
di sebuah gunung yang terletak di tepi laut. Di sekitar lereng gunung mereka
bertemu dengan sekelompok suka yang tinggal di dalam gua. Kemudian gubernur
musa memerintahkan rombongannya untuk berhenti dan mendirikan kemah di tempat
itu. Setelah itu datanglah kepala suku asing untuk menemui gubernur. Gubernur
musa pun menyampaikan maksud tujuan ia datang ke kota ini, kemudian kepala suku pun memerintahkan prajuritnya
untuk membawakan guci nabi Sulaiman yang di dalamnya ada jin yang terkurung di
laut.
Singkat
cerita para penyelam pun kembali dengan membawa 12 guci peninggalan Nabi
Sulaiman yang langsung di serahkan oleh kepala suku kepada gubernur musa. Lalu
gubernur musa berpamitan untuk melakukan perjalanan pulang. Setelah tiba di
damaskus mereka langsung menghadap
khalifah malik, gubernur pun menceritakan pengalamannya saat ia berada di kota
tembaga.
Khalifah lalu mengambil guci tersebut dan membukannya, ajaib satu per satu dari dalam guci di buka mengeluarkan asap yang kemudian berwujud menjadi jin. Khalifah sangat senang dan takjub, untuk meluapkan rasa senangnya ia membagikan harta kepada umat Islam.
Analisis Intrinsik dan Ekstrinsik :
Tema : Perjalanan menemukan guci-guci Nabi Sulaiman As.
Alur : Menggunakan alur maju-mundur. Karena si penulis menceritakan cerita yang tidak berurutan dari awal hingga akhir
Penokohan :
- Khalifah Abdul Malik bin Marwan = Khalifah / raja dinasti Umayyah yang alim dan penasaran dengan hikmah dan kekuasaan nabi Sulaiman yang diberikan Allah SWT.
- Gubernur Musa bin Nusair = Seorang pejabat tinggi dan jenderal perang pemberani dan taat kepada perintah Khalifah untuk pencarian guci nabi ulaiman.
- Syekh Abdush Shamad = Seorang cendekiawan berpengetahuan luas dan seorang pengembara ke berbagai daratan dan lautan.
- Thalib bin Sahal= Prajurit bawahan khalifah yang bercerita jin yang dimurkai nabi Sulaiman dan kemukjizatannya, dan menjadi utusan khalifah menyampaikan surat kepada gubernur Musa bin Nusair.
Latar :
- Tempat = Istana, Bukit, Kota Tembaga, Lereng gunung
- Waktu = Berhari-hari, Berbulan-bulan, Pada zaman dahulu kala
- Suasana = Tegang, Takut, Bingung, Sedih, Kaget, Senang, Puas, Takjub
Amanat : Dalam menjalani hidup harus selalu amanah, dan tidak boleh serakah dan tertipu oleh dunia.
Nilai / Pesan :
Moral : Kita tidak boleh serakah, karna semua apa yang ada di dunia tidak bisa kita bawa mati dan akan di pertanggung jawab kan semua di akhirat.
Agama : Kita tidak boleh tertipu oleh dunia karna kita semua akan mengahadapi hari yang dijanjikan. Kita juga harus menyiapkan untuk menjawab pertanyaan yang akan diajukan oleh Allah SWT.
Sosial Budaya : Kita harus menghormati wasiat orang yang telah tiada, dan tidak boleh mengambil barang yang bukan hak kita.
Kesimpulan :
Kisah ini sangat bagus dan menginspirasi bagi para pembaca dan banyak sekali pesan/nilai pelajaran yang bisa kita petik dari kisah di buku ini.
*).
Peresensi : Keycha Citra Amanda Aulia (Kelas 8-C)
Komentar
Posting Komentar